Headlines News :
Home » » MANFAAT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP KE EFEKTIFAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

MANFAAT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP KE EFEKTIFAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Written By Hotmaida Sitompul (Admin Blog) on Tuesday 8 April 2014 | 02:38

KARYA TULIS
MANFAAT PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP
KE EFEKTIFAN KEGIATAN PEMBELAJARAN



OLEH:
                   NAMA              : HOTMAIDA SITOMPUL
                   NIM                   : 7103142036
                   KELAS             : A REGULER
                   JURUSAN        : PEND. AKUNTANSI
                   M. KULIAH     : PSIKOLOGI PENDIDIKAN









FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat dan RahmatNya, sehingga Penulis bisa menyelesaikan karya tulis  ini yang berjudul   MANFAAT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP KE EFEKTIFAN KEGIATAN PEMBELAJARAN  ini tepat pada waktunya.
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
Penulis berharap karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.


                                                                                         Medan,  Mei  2013
                                                                                                      Penulis,


                                                                                            Hotmaida Sitompul


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..................................................................................................   i
DAFTAR ISI .................................................................................................................  ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................   1
A.    Latar Belakang Masalah ...............................................................................   1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................................   1
C.     Tujuan ..........................................................................................................   2
D.    Manfaat.........................................................................................................   2 
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................   3
A.    Kerangka Teori .............................................................................................   3
B.     Kerangka Berpikir ........................................................................................   3
C.     Hipotesis ......................................................................................................   4
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................   5
A.    Pengertian Model Pembelajaran ...................................................................   5
B.     Model Pembelajaran Kooperatif ..................................................................   6
C.     Jenis Jenis Model Pembelajaran Kooperatif .................................................   8
D.    Dampak Atau Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif  Terhadap       Kegiatan Pembelajaran           19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 21
A.    Kesimpulan .................................................................................................. 21
B.     Saran ............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 22





 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan merupakan suatu wadah yang berguna untuk mendidik para generasi penerus bangsa. Dengan adanya pendidikan maka akan tercapailah sumber daya manusia yang berkualitas karena cukup disadari bahwa kemajuan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Untuk mendapatkan kuallitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik maka kualitas para pendidik dan  proses pendidikan harus ditingkatkan.
Agar tujuan pendidikan tersebut tercapai diperlukan orang-orang yang mampu mendidik dan mengarahkan peserta didik. Mereka adalah guru-guru yang memiliki kemampuan dibidangnya masing-masing. Guru sebagai personil bertugas mengembangkan kemampuan peserta didik sekaligus bertanggungjawab dalam membelajarkan siswa, yaitu mengelola pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga siswa memiliki keterlibatan aktif dalam perubahan pembelajaran.
Standar keberhasilan peserta didik dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Namun kenyataannya banyak siswa yang memiliki hasil belajar rendah serta memiliki keaktifan yang rendah dalam belajar. Berdasarkan hasil penelitian penulis hal ini disebabkan karena masih banyak guru yang tidak  menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan seperti banyaknya guru yang masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar. Dimana pembelajaran sering kaku ataupun monoton, yang mengakibatkan minat belajar siswa menjadi kurang sehingga kegiatan pembelajaran tidak efektif.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian atau definisi model pembelajaran?
2.      Apa Pengertian atau defenisi model pembelajaran kooperatif
3.      Apa saja jenis-jenis model pembelajaran kooperatif itu?
4.      Apa dampak atau pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap keefektifan kegiatan pembelajaran?
C.      Tujuan
1.      Memahami pengertian model pembelajaran
2.      Memahami pengertian model pembelajaran kooperatif
3.      Lebih mengetahui jenis-jenis model pembelajaran kooperatif
4.      Mencari tahu apa dampak atau pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap keefektifan kegiatan pembelajaran


D.      Manfaat
1.      Sebagai bahan masukan bagi para pembaca khususnya para guru dan calon guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas
2.      Sebagai referensi bagi pembaca yang ingin membuat karya ilmiah yg berhubungan dengan karya ilmiah ini.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Kerangka Teori
Model pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu model dan pembelajaran. Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (meyer, W.J, 1985:2). Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buk, film, komputer, kurikulum, dll (joyce, 1992:4). Kemudian, joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang bervariasi akan meningkatkan minat belajar siswa sehingga kegiatan pembelajaran efektif..

B.     Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran yang hanya menggungakan satu model saja dalam semua materi, misalnya konvensional semua materi bersumber dari guru. Siswa hanya sebagai pendengar. Sehingga kegiatan pembelajaran tidak efektif
Guru dituntut untuk lebih dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh siswa, sehingga tidak ada lagi siswa yang hanya diam mendengarkan guru menerangkan pelajaran didepan kelas.
Menggunakan berbagai variasi dalam mengajar sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa tidak bosan dalam belajar. Untuk mengatasi permasalah belajar diatas, maka dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang bervariasi setiap materi pelajaran, hal ini disebabkan oleh adanya kehadiran teman sebaya yang berinteraksi sebagai sebuah tim dalam mengulang maupun mempelajari kembali materi yang telah dipelajari.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa yang kemampuannya berbeda agar siswa yang lebih pandai bisa membantu tmannya yang kurang mengerti sehingga semua siswa dapat memahami pelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang bervariasei untuk setiap materi pelajarn diharapkan dapat meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran.

C.    Hipotesis
Menurut Sudjana (1992) menyatakan  “ hipotesis adalah perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu, dan untuk menentukan atau mengarahkan penelitain selanjutnya”.

“Ada perbedaan keefektifan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan model konvensional.


BAB III
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan – tujuan pengajaran, tahap – tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas ( Arends, 1997:7). Hal ini sesuai dengan pendapatan Joyce (1992:4) bahwa “Each model guides as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Dalam  Trianto (2010:51). Joyce dan weil (1992:1) menyatakan bahawa “models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideals, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapaat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri.
            Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola – pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku, film – film, tipe – tipe, program – program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai bebagai tujuan. Sebagaimana pendapat Joice, dkk (1992:1):
            A model of teaching is a plan or pattern that we can use design face-to-face teaching in classrooms pr tutorial settings and to shape instructonn materials including books, films, computer-mediated program and curicula (longterm courses of study). Each model guides us as we design instruction to help student achieve various objectives. Arends (1997), menyatakan bahwa “ the term teaching model refers to a particular approach to includes its goals, syntax, environment, and management system”. Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sitaksnya, lingkunganny, dan sistem pengelolaannya. Dalam Trianto (2010:52-53).


B.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Cooperative learning is a method of instruction that has students working together in groups, usually with the goal of completing a specific task. This method can help students develop leadership skill and the ability to work with others as team. However, gifted students are often placed in groups with non gifted children, Sometimes with the goal of having the gifted student help the others, either directly or by example. (www.giftedkids.intime.aboyt.com diakses Minggu 26 Mei Pukul 18.WIB).
. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memcahkan masalah – masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Cooperative learning is the instructional use of small groups so that students work together to maximaze their own and each others learning. (Johnson & Houbec). (www.intime.uni.edu/coop-learning/ch1/defenition diakses Minggu 26 Mei 2013 pukul 17.00 WIB).

Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah – langkah tersebut ditunjukkan pada tabel berikut:
Langkah langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Tingkah  Laku Guru
Fase-1
Meyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara – cara untuk menghrgai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
 Sumber: Ibrahim, dkk (2000:10) dalam Trianto  (2011:67)
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelaminm suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar dapat berjalan dengan efektif.
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan .(Ibrahim, dkk, 2000: 9) dalam Trianto  (2011:60). Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan – keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan – keterampilan tanya jawab. (Ibrahim, dkk, 2000: 9) dalam Trianto (2011:60).
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
1.      Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
2.      Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat.
3.      Ketiga, Tanggung jawab individual.
4.      Keempat, Keterampilan interperssonal dan kelompok kecil.
5.      Kelima, Proses kelompok.
Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri – ciri tertentu dibandingkan dengan model lain. Arends (1997:111)  dalam Trianto  (2011:65) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1.      Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan matero belajar.
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3.      Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beraga.
4.      Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996: 279) dalam Trianto (2011:58).
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Siswa tidak bersaing dengan siswa lainnya untuk mencapai sukses. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing – masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.

C.    Jenis - Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif diantaranya:


1.      TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.

2.      STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa. 

3.      Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara bergiliran.

4.      Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli.
Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian. Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa.




5.      NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama
Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.

6.      TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

7.      Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving(pemecahan masalah).

8.      Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.
9.      Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akanbergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya. Baca artikel yang lebih rinci tentang model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik).

10.  CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.

11.  The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

12.  TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.

13.  TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.

14.  TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran menulis.

15.  Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jamsehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula  siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes.
16.  Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go around.

17.  LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together(Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.

18.  Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakanstudent team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya.
 Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.

19. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif
            Dengan menggunakan model kooperatif dalam kegiatan pembelajaran akan efektif, karena setiap model pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk mengatasi hal tersebut guru dituntut harus bijak dalam menerapkan model terhadap suatu materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut, In cooperative learning students work with their peers to accomplish a shared or common goal. The goal is reached through independence among all group members rather than working a lone. Each member is responsible for the out come of the shared goal. Cooperative learning does not take place in vacuum. Not all group are cooperative groups. (www.mit.edu/andyd/indset/design/classroom diakses Sabtu 25 Mei Pukul 10.00 WIB).
Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Ø  Kelebihan pembelajaran kooperatif
a.        Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b.      Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c.        Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d.       Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e.       Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.
a.        Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b.      Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c. Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.

D.      Dampak Atau Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif  Terhadap Keefektifan Kegiatan Pembelajaran.

Menurut Ibrahim, dkk (2010) dalam Trinto (2011:62), bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyakdari teman mereka dalam belajar kooperatif daripada dari guru. Ratunaman (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjdi dalam belajr kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut kardi & Nur (2000) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan antara siswa normal dan siswa penyandand cacat.
            Davidson (1991) memberikan sejumlah implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif yaitu sebagai berikut:
1.      Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar. Kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.
2.      Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.
3.      Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat memengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.
4.      Siswa dalam kelompo dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah – masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka teki, atau pembahasan masalah – masalah yang bermanfaat.
5.      Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Dalam Trianto (2011: 62-63).





BAB IV
KESIMPULAN Dan SARAN


A.    Kesimpulan
Model pembelajaran sangat berpengaruh untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efktif, namun perlu juga diketahui tidak semua model pembelajaran sesuii diterapkan pada semua mata pelajaran. Guru dituntut harus bijak dalam menentukan model yang akan digunakan untuk suatu materi. Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum sehingga kegiatan belajar efektif.


B.     Saran
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia disarankan kepada para guru untuk melakukan pengajaran dengan penuh kreatifitas dengan menerapakn model model pembelajaran secara bervariasi karena ada banyak model model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa juga sehingga kegiatan belajar mengajar efektif, yang dapat meningkatkan kualiatas sumber daya manusia bangsa indonesia untuk memajukan negara tercinta ini karena majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Trianto.2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif.Jakarta:Kencana.
Trianto.2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.





 





 


Share this article :

0 komentar:

Terima Kasih Sobat Telah Berkunjung ^_^

Dikomen yah sob dengan bahasa yg santun demi perbaikan kedepannya:)

Total Pageviews

me

me

Translate

Popular Posts

 
Support : Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. SALING BERBAGI (Hotmaida Sitompul) - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by